Pengalaman Pertama

Minggu, 27 Januari 2008



Tanggal 24 Januari 2008 adalah hari paling bersejarah buat saya di Airlangga. Hari itu saya diminta untuk menguji pada ujian kompetensi. Saya jadi tahu bagaimana perasaan dosen penguji saya pada saat saya ujian komprehensip. Ternyata perasaan gugup & grogi sangat merugikan.


Ketika kita tahu jawabannya dan rasa gugup menguasai kita, maka sia-sia sudah apa yang telah kita pelajari. Dari pengalaman ini saya jadi bisa belajar untuk menghilangkan rasa gugup & grogi ketika berhadapan dengan siapapun. Jadi tips buat para pembaca, hilangkanlah rasa gugup & grogi kalian ketika berhadapan dengan siapapun mulai dari sekarang. Terima kasih banyak buat tim uji kompetensi karena telah melibatkan saya.

Read More......

JANGAN GAMPANG BILANG BODOH

Selasa, 15 Januari 2008



Arthur Lim dari AMaths Workshop, sebuah lembaga pelatihan dan pengembangan Matematika di Toa Payoh, Singapura, memberikan beberapa kiat bagi para orang tua dalam membantu anak belajar matematika, yang bisa diterapkan dalam kondisi di Indonesia:

1. Sebuah soal yang Anda anggap mudah, belum tentu gampang di mata anak. Semua anak berbeda, tapi itu bukan berarti anak Anda kurang cerdas.
2. Jangan pernah mengkritik atau mencari kesalahan anak. Lebih baik berikan pujian pada soal-soal yang dikerjakannya dengan benar. Abaikan nilai ulangannya, fokuskan dulu pada soal dan jawabannya. Hargailah usahanya untuk menjawab soal-soal itu.
3. Hasil akhir jangan dulu dipentingkan, tapi perhatikan usaha atau prosesnya dalam menghitung.
4. Guru mat anak Anda sebetulnya guru Anda juga. Tanyakan kepadanya bila Anda ragu-ragu tentang aspek tertentu dalam pelajaran matematika anak Anda.


Read More......

Kalkulus: Leibniz atau Newton?

Jumat, 04 Januari 2008


Siapakah yang pertama kali menciptakan kalkulus? Dalam Principia, Newton menerangkan gerak tata surya, merumuskan hukum-hukum dinamika dengan menggunakan pembuktian ala orang Yunani dan hampir seluruhnya menggunakan istilah geometri klasik. Namun Newton menolak untuk menerbitkan kalkulusnya tersebut. Selang 10 tahun kemudian, Leibniz menemukan kalkulus dan menerbitkannya pada tahun 1684, 20 tahun sebelum Newton menerbitkan penjelasan tentang versinya sendiri.

Meski oleh para ahli, kalkulus jauh lebih banyak daripada daripada Leibniz, namun sistem notasi Leibniz lebih unggul. Leibniz adalah yang pertama-tama menggunakan notasi dy/dx atau dx/dy untuk turunan. Notasi ini menyarankan ukuran laju perubahan dengan bentuk pecahan yang memakai turunan tersebut. Newton, sebaliknya, memakai x dengan titik diatasnya, dan y dengn titik diatasnya untuk turunan x dan y. ’Titik-titik’ dalam lambang Newton itu mengakibatkan berontaknya mahasiswa Cambridge pada abad ke-19, dan menuntut ’d-isme murni’ dalam notasi benua Eropa.(Matematika, Pustaka Life)


Read More......
Theme Design By : ThemesBlogger edit by Cakrawalla